5 JUDUL TENTANG ISLAM
1.MELARANG POLWAN BERJILBAB, NANAN
SUKARNA, ENTE MUSLIM?
Oleh: Abu Misykah
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah.
Shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Muslim yang yakin kepada agamanya pasti akan
cinta kepada ajaran (syariat)-nya. Salah satu syariat dalam Islam adalah
kewajiban menutup aurat bagi wanita muslimah dengan mengenakan jilbab. Siapa
yang benci kepada salah satu syariatnya dan menentangnya, maka dihukumi telah
keluar dari Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala terangkan
tentang sifat orang beriman saat dihadapkan kepada aturan (baca; syariat)
Islam,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin,
bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami
patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Nuur:
51)
Allah berfirman tentang saat dihadapkan pada
dua pilihan, sesuai dengan ketentuan Islam dan berlawanan dengannya,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang
beriman dan tidak (pula) bagi perempuan yang beriman, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Dalam Kitab “Maa Laa Yasa'u al Muslima
Jahluhu” karya DR. Abdullah al Mushlih dan DR. Shalah Shawi disebutkan, “Jika
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu tak seorangpun boleh
menyelisihinya, mencari alternative lain, pendapat, atau komentar lain. Bagi
seluruh orang beriman wajib menjadikan pendapat dan pilihannya mengikuti
petunjuk dan keputusan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.”
Para ulama menyebutkan bahwa syarat sahnya
tauhid (aqidah) seseorang sesudah ia mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallaah
adalah cinta kepada kalimat ini, tuntutannya (ajarannya), orang yang
mengamalkannya, dan benci kepada apa saja yang membatalkannya. Ia akan senang
jika ajaran Islam diamalkan dan ditegakkan.
Berbeda dengan munafikin, mereka
menghalang-halangi diamalkannya ajaran Islam. Allah Ta’ala berfirman tentang
mereka yang mengkalim diri mereka beriman padahal sebenarnya mereka munafik
yang tidak sah iman mereka,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apabila dikatakan kepada mereka:
"Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada
hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. Al-Nisa’: 61)
Artinya mereka berpaling dari ajaran Islam dan
menyombongkan diri dengan tidak mau patuh kepadanya. Hal ini sebagaimana firman
Allah Ta’ala, “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang
diturunkan Allah’. Mereka menjawab: ‘(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa
yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya’.” (QS. Luqman: 21)” [Lihat
Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas]
Sikap berpaling dan menentang diamalkannya
ajaran Islam tidak mungkin muncul dari orang muslim. Sikap ini hanya muncul
dari orang munafik. Karenanya di ayat disebutkan disebutkan, “niscaya kamu
lihat orang-orang munafik”. Sebab orang beriman yang sesungguhnya
berkewajiban tunduk kepada perintah Allah dan Rasul-Nya tanpa menentangnya.
(Lihat: Al-Qaul al-Mufid Syarh Kitab al-Tauhid, Syaikh Ibnul Utsaimin: 2/99)
. . . Sikap berpaling dan menentang diamalkannya
ajaran Islam tidak mungkin muncul dari orang muslim. Sikap ini hanya muncul
dari orang munafik. . .
Maka dari sini kita bisa berkesimpulan bahwa
apa yang disampaikan Wakapolri Komjen Nanan Sukarna di Mabes Polri, Jum’at
siang (14/6/2013) yang tetap melarang Polisi Wanita (Polwan) yang beragama
Islam untuk mengenakan jilbab bukan muncul dari lisan muslim yang sesungguhnya.
Ini pasti muncul orang-orang yang hanya mengklaim diri muslim, tapi sebenarnya
Allah tidak lagi anggap keislamannya.
Bagaimana tidak,jilbab bagi wanita muslimah
dalam rangka menutup auratnya adalah kewajiban yang disepakati semua ulama.
Mereka hanya berbeda pendapat, apakah wajah termasuk yang wajib ditutupi.
Dasar kewajibannya sangat gambling dalam
Al-Qur'an dan sunnah nabawiyah, antara lain:
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang
memerintahkan kepada wanita-wanita mukminah untuk kemuliaan mereka agar menjaga
diri dan menutup aurat,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman:
Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita.” (QS. Al-Nuur: 31)
Allah melarang kaum wanita muslimah
bertabarruj (bersolek) ala jahiliyah dengan hanya meletakkan kain (kerudung) di
atas kepalanya tanpa diikat sehingga terlihat leher dan kalungnya serta anting
mereka terlihat. “dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Sedangkan dari sunnah, terdapat ancaman yang
keras atas wanita yang tidak berjilbab, memakai baju tapi masih menampakkan
anggota tubuh yang wajib ditutup (berpakaian tapi telanjang) dengan tidak akan
masuk surga dan tidak pula mencium bau wanginya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Maka secepatnya pak Nanan Sukarna bertaubat
jika masih ingin dianggap muslim oleh Allah dan ingin masuk ke dalam surga-Nya.
Karena tidak akan masuk surga – sebagaimana dalam shahihain- kecuali jiwa
yang muslim. Dan bagi Institusi Polri, janganlah Anda melarang polisi wanita
muslimah untuk mengamalkan ajaran agamanya dalam berpakaia!.
[Lek-e/voa-islam.com]
2. 10 TAHUN JAKARTA ISLAMIC CENTRE DI BEKAS
LOKALISASI KRAMAT TUNGGAK
JAKARTA (voa-islam.com) – 10 tahun yang lalu, kawasan ini
dikenal oleh “hidung belang dan mucikari” dengan sebutan Kramat Tunggak, sebuah
kawasan lokalisasi terbesar di Kramat Jaya, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan
Koja, Jakarta Utara. Bahkan, kabarnya terbesar se-Asia Tenggara. Namun, kawasan
prostitusi itu telah ditutup dan diganti dengan Jakarta Islamic Centre.
Selama sepekan, sejak Jum’at (14 Juni-20 Juni
2013), Jakarta Islamic Centre (JIC) memperingati Miladnya yang ke-10. Ada
beberapa rangkaian acara yang digelar dalam milad tersebut. Diantaranya,
Pameran dan Bazar, Jakarta Berdzikir, Pemberian Penghargaan Tokoh Perintis dan
Pendiri JIC, launching Koperasi JIC, pemberian bantuan modal UKM dan UPZ,
pelatihan qalbu lingusitik programming, fashion show, hingga aneka lomba (menggambar
dan mewarnai tingkat TK dan SD).
Rangkaian acara lain yang tak kalah menarik
adalah Seminar Kebetawian dan Kejakartaan Islam, Lokakarya pengurus masjid.
Akan hadir sebagai narasumber antara lain: KH. Didin Hafiduddin (Ketua Umum
Baznas), H. bambang Sugiono (Walikota Jaktim), Ridwan Saidi (budayawan Betawi),
M Jusuf Kalla (Ketua Umum DMI), KH. Saifuddin Amsir, dan KH. Wafiudin Sakam.
Puncak Milad ke 10 JIC akan hadir Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Kamis
(20/6).
Sejarah Kramat Tunggak
Dalam sejarahnya, Lokalisasi ini dimulai
dengan peresmian Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres) Kramat Tunggak oleh
Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Nama Kramat Tunggak berasal dari nama
tempatnya, Kramat Jaya, sementara Tunggak berarti pohon yang dipotong untuk
dijadikan tambatan nelayan. Lokalisasi ini dibangun untuk memindahkan para
penjaja seks di Jakarta, yang kebanyakan digiring dari Pasar Senen, Kramat,
Pejompongan, Bina Ria dan Volker, yaitu deretan rel kereta api di kawasan
Ancol, Jakarta Utara.
Lokasi Rehabilitasi Sosial Kramat Tunggak ini
dahulunya menempati lahan seluas 109.435 m2 yang terdiri dari sembilan Rukun
Tetangga. Melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. Ca.7/I/13/1970 tanggal 27 April
1970, Ali Sadikin menjadikan kawasan ini menjadi Lokalisasi Wanita Tuna Susila.
Pada awal pembukaan, hanya terdapat 300 orang
PSK dan 76 mucikari. Namun selanjutnya berkembang hingga pada tahun 1980-1990,
jumlah WTS telah mencapai lebih dari 2.000 orang di bawah kontrol sekitar 258
mucikari. Tempat ini juga menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 700
pembantu pengasuh, sekitar 800 pedagang asongan, dan 155 tukang ojek. Belum
lagi tukang cuci dan pemilik warung-warung makanan yang bertebaran di
sekitarnya. Lahan lokalisasi juga terus berkembang hingga 12 hektar dan dikenal
sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara.
Semakin membesarnya Lokalisasi Kramat Tunggak
membuat ulama dan masyarakat mendesak penutupan tempat tersebut. Setelah
keluarnya SK Gubernur untuk penutupan, muncul gagasan terhadap lokasi bekas
Kramat Tunggak tersebut, antara lain pembangunan pusat perdagangan ,
perkantoran dan lain sebagainya. Namun Sutiyoso memiliki ide lain yaitu
membangun Islamic Centre.
Pada tahun 1999, atas ide Gubernur
Sutiyoso, akhirnya Lokalisasi Kramat Tunggak ditutup dan Jakarta Islamic Centre
dibangun di atasnya. JIC kemudian dijadikan sebagai pusat kajian agama Islam,
yang akan dilengkapi dengan sarana pendidikan.
3.ISSUE MUJAHIDIN BUNUH SYEIKH AL-BUTHI
ADALAH FITNAH KEJI ORANG SYI'AH
YOGYAKARTA (voa-islam.com) – Sampai saat ini pro kontra tentang
siapa yang sebenarnya membunuh ulama Suriah, Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan
Al-Buthi, masih terjadi. Di Indonesia sendiri, kematian Syeikh Al-Buthi masih
menjadi perdebatan. Bahkan di ibukota Jakarta kemarin, hal ini sempat membuat
bersitegang antar tokoh umat Islam.
Ulama yang penuh kontroversial tersebut
meninggal pada saat memberikan kajian di masjid Al Iman Damaskus, Suriah.
Selain Syeikh Al-Buthi, sejumlah jama’ah pengajian dan anggota keluarga Syeikh
Al-Buthi juga ikut menjadi korban dalam serangan misterius tersebut.
Terkait masih ramainya perdebatan tentang
penyebab kematian dan siapa pembunuh Syeikh Al-Buthi, Ustadz Abu Harits ikut
angkat bicara. Relawan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) ini menepis segala
tudingan rezim Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad dan kelompok Syi’ah lainnya
yang mengatakan bahwa pelaku pembunuhan tersebut adalah para mujahidin.
...Ketika koresponden kami yang ada di Suriah
bertanya tentang kematian Syeikh Ramadhan Al Buthi, semua Katibah dan Liwa,
group mujahidin menyatakan bahwa penyerangan dengan modus seperti itu bukan
dari mujahidin, melainkan dari tentara rezim (Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad
-red)...
“Ketika koresponden kami yang ada di Suriah
bertanya tentang kematian Syeikh Ramadhan Al Buthi, semua Katibah dan Liwa,
group mujahidin menyatakan bahwa penyerangan dengan modus seperti itu bukan
dari mujahidin, melainkan dari tentara rezim (Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad
-red),” katanya kepada voa-islam.com beberapa waktu lalu (9/6/2013) di Maskam
UGM Yogyakarta.
Mereka yang meninggal diperkirakan terkena
serangan roket dari luar masjid atau terkena ledakan bom yang meledak didalam
masjid. Sedangkan Syeikh Al-Buthi sendiri, dalam video yang beredar luas di
Youtube saat ledakan terjadi masih terlihat hidup. Namun sesaat setelah itu ada
seorang pria yang menghampirinya, dan seketika itu pula Syeikh Al-Buthi
meninggal dengan adanya bekas luka tembak di pelipis sebelah kirinya.
...Nampak sekali dalam video yang tersebar di
Youtube bahwa pas ledakan, Syeikh (Ramadhan Al Buthi -red) masih bisa bertahan,
dan sesaat kemudian ada seseorang yang maju ke depandan membunuh Syeikh
Ramadhan Al Buthi...
“Nampak sekali dalam video yang tersebar di
Youtube bahwa pas ledakan, Syeikh (Ramadhan Al Buthi -red) masih bisa bertahan,
dan sesaat kemudian ada seseorang yang maju ke depandan membunuh Syeikh
Ramadhan Al Buthi,” tegasnya.
Relawan HASI tim ke 1 yang pernah ke Suriah
untuk menyalurkan bantuan uang, obat-obatan dan lain sebagainya ini menjelaskan
jika operasi pembunuhan seperti yang dilakukan kepada Syeikh Al-Buthi merupakan
kebiasaan tentara dan milisi Bashar Assad.
Dirinya juga menegaskan, dari apa yang pernah
dialami dan dilihat saat berada di Suriah, bahwa salah satu upaya rezim Syi’ah
Nushoiriyyah, milisi Syi’ah Hizbullah maupun kelompok Syi’ah lainnya untuk
menghancurkan nama baik para mujahidin dimata rakyat Suriah adalah dengan cara
keji seperti itu.
...Serangan-serangan false flag
(bendera palsu -red) semacam ini sering dilakukan oleh tentara rezim (Syi’ah
Nushoiriyyah Bashar Assad dan kelompok Syi’ah -red) dalam rangka mencemarkan
nama baik para mujahidin...
Untuk itu Ustadz Abu Harits mengingatkan
kepada kaum muslimin agar berhati-hati dalam berbicara terkait konflik yang
sekarang ini terjadi di Suriah. Sebab, disana peperangan kaum muslimin Sunni
melawan kelompok Syi’ah. Jadi jika ada orang di Indonesia yang berbicara dan
menuduh bahwa para mujahid itu yang membunuh Syeikh Al-Buthi, maka harus
berhati-hati terhadap orang tersebut.
“Serangan-serangan false flag
(bendera palsu -red) semacam ini sering dilakukan oleh tentara rezim (Syi’ah
Nushoiriyyah Bashar Assad dan kelompok Syi’ah -red) dalam rangka mencemarkan
nama baik para mujahidin,” tandasnya.
4.KARAKTERISTIK MUSUH ALLAH DARI
KALANGAN MUNAFIQIN
Oleh : Abdurrohim Ba’asyir
Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap
kebenaran pasti memiliki musuh yang akan berusaha untuk menghalanginya. Begitu
juga dengan kebenaran Islam yang akan dimusuhi oleh syaitan dan pengikutnya.
Melihat hal demikian maka sudah menjadi
keharusan bagi kita untuk mengetahui siapa saja yang sebenarnya menjadi
musuh-musuh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan mengenali sifat-sifat mereka.
Hal demikian supaya dapat kita antisipasi dan segera mengambil langkah-langkah
dalam mengatasinya.
Di antara musuh-musuh Allah atau pengikut
syaitan (Hizbu syaithon) yang gencar memusuhi Islam ialah golongan munafikin.
Golongan ini adalah mereka yang berpura pura menjadi mukmin dan menyembunyikan
kekufurannya. Mereka benci dan memusuhi terhadap kebenaran yang datang dari
Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta berusaha untuk menghancurkan dan
menghalangi penyebaran cahaya Islam.
Zaman ini di mana orang-orang munafik memiliki
duri-duri yang begitu tajam. Kenyataan ini sebagaimana dikatakan Hudzaifah Radhiyallahu
'Anhu, beliau berkata: “Orang-orang munafik pada hari ini lebih berbahaya
bagi kaum muslimin daripada di masa Nabi saw.” Dikatakan: “Kenapa demikian ?”
Beliau berkata: “Mereka dahulu pada masa Rasulullah saw menyembunyikan (kemunafikannya)
sedangkan sekarang mereka menampakkannya.” (Bagaimanakah seandainya Hudzaifah
menyaksikan kondisi kita sekarang ini ??? pen.)
Di masa sekarang ini segala urusan
dikendalikan oleh mereka (orang-orang munafik). Sehingga kita menyaksikan bahwa
mereka berpakaian sebagaimana orang-orang yang mengadakan perbaikan. Mereka
layaknya seorang ulama atau penasihat yang penuh belas kasihan, bahkan mereka
memakai pakaian seperti halnya seorang ahli ibadah atau orang shalih. Telah
dipersiapkan bagi mereka mimbar-mimbar dan markas-markas ilmu agar berbicara
tentang Islam. Telah dipersiapkan lembaran-lembaran kitab dan majalah untuk
mereka tulis dengan mengatasnamakan Islam. Namun, kenyataannya mereka sangatlah
jauh dari Islam, bahkan bertentangan dengan ajaran Islam.
Di dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu Wa
Ta'ala telah membuka kedok kepura-puraan mereka hingga sangat jelas bagi
kita yang ingin mengetahui dan mengenali karakteristik musuh yang satu ini.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آَمِنُوا كَمَا آَمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آَمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ
“Apabila dikatakan kepada mereka,
"Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka
menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu
telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al Baqarah 2 : 13).
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala
menjelaskan bahwa orang-orang munafik menganggap orang-orang beriman yang
istiqamah dengan syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai orang-orang
yang bodoh tidak tahu perkembangan zaman bahkan menganggap ketingalan zaman dan
lain sebagainya. Namun, kalau kita lihat kehidupan mereka sangatlah jauh dari
aturan-aturan Allah swt. Anggapan ini juga mereka serukan melalui berbagai
media dan corong yang menyebarkan suara ‘miring’ atas kaum mukminin dengan
harapan agar manusia terpengaruh dan menjauhi orang orang beriman yang taat
terhadap syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala/. Allah berfirman, “…sebagian
mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yag
indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al An’am 6 : 112)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang
yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan
kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhukum kepada
thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan
bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila
dikatakan kepada mereka, "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An Nisa’ 4 : 60-61)
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala
memberi tahu tentang ciri-ciri orang munafik adalah apabila mereka memutuskan
suatu hukum, mereka meninggalkan hukum Allah bahkan tidak mau berhukum dengan
hukum Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Walaupun mereka tahu bahwa mereka
dilarang untuk meninggalkan hukum Allah. Mereka lebih senang untuk berhukum
kepada thaghut (yaitu penguasa-penguasa yang berhukum dengan hukum buatan
manusia). Kemudian mereka selalu menghalagi usaha apapun untuk penerapan dan
pelaksanaan syariat Allah di muka bumi. Mereka menghalangi sekuat tenaga supaya
manusia tidak kembali kepada syariat Allah. Jalan apapun akan mereka tempuh
demi tercapainya tujuan, termasuk menyakiti para pejuang syariat, memenjarakan
mereka atau mungkin hanya sekadar membuat fitnah keji yang mereka sebarkan
supaya manusia jauh dan terhalang dari kesadaran melaksanakan dan menerapkan
syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan,
sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang
munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya.
Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya
orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah 9 : 67).
Di dalam ayat ini sangat jelas, bahwa
orang-orang munafik menyuruh dan mengusahakan supaya kemungkaran bisa tegak,
dan sebaliknya menghalang-halangi usaha apapun yang dilakukan untuk menegakkan
yang ma’ruf. Kita lihat bahwa setiap kemungkaran pasti didukung dan dibela
mereka, walaupun sangat jelas keburukannya. Mereka selalu menghalangi usaha
yang bertujuan membina umat dalam memperbaiki akhlak dan akidah.
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa
mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil
orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An Nisa’ 4 : 138-139)
Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala
memberitahukan ciri yang lain yaitu sikap wala yang di berikan kepada
orang kafir. Wala berarti loyalitas, keberpihakan, kebanggaan bahkan
kecintaan. Sesuatu hal apapun yang merugikan orang kafir, maka mereka juga
merasa ikut dirugikan. Hal ini dikarenakan sikap loyalitas mereka yang tinggi
terhadap orang-orang kafir. Wala dapat juga berarti mengambil menjadi
panutan dan pemimpin. Orang-orang munafik sangat tidak senang jika dipimpin oleh
seorang mukmin yang taat terhadap syariat Allah, mereka lebih berharap untuk
menang dalam perjuangan membela kekafirannya.
Demikian beberapa karakter dan ciri golongan
munafikin yang menjadi musuh dalam selimut bagi Islam dan cahaya keberanaran
Allah swt. Hendaknya kita selalu mewaspadai golongan ini dan kita mempunyai
sikap yang tegas memusuhi mereka sebagaimana Allah swt memusuhi mereka. Secara
umum dapat kita simpulkan, siapapun manusia yang mengaku beriman kepada Allah Subhanahu
Wa Ta'ala tetapi menolak syariat Allah dalam berbagai aspek kehidupan maka
dia dikategorikan sebagai orang munafik dan menjadi salah satu kelompok musuh
Allah dan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman.
5.OGAH KEMBALI JADI KAWASAN HARAM JADAH:
DARI HOTEL MENJADI PESANTREN
JAKARTA (voa-islam.com) - Rencananya di dalam kompleks Jakarta
Islamic Center itu akan berdiri bangunan Hotel. Namun atas kesepakatan ulama,
umaro dan masyarakat setempat, hotel itu diubah fungsinya menjadi pesantren
Internasional sejenis boarding school. Mereka tak ingin wilayah
yang dulunya dikenal sebagai tempat prostitusi Kramat Tunggak , kembali menjadi
kawasan “haram jadah”.
Ketika ditanya soal perubahan fungsi dari
hotel menjadi pesantren, Walikota Jakarta Timur, Bambang Sugiono,
kepada sejumlah wartawan usai meresmikan Milad Jakarta Islamic Center (sejak
2003-2013), mengatakan, konotasi hotel itu cenderung negatif. Walikota ingin
menghargai jasa dan jerih payah Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, yang
telah menjadikan kawasan prostitusi Kramat Tunggak menjadi kawasan yang
religius dan Islami, yakni dengan dibangunnya Jakarta Islamic Center (JIC).
“Itulah sebabnya, kami tak ingin wilayah ini
kembali menjadi kawasan haram jadah. Disepakati untuk mengubah fungsi dari
hotel menjadi pesantren internasional. Di pesantren yang memiliki tiga lantai
inilah akan dilakukan kajian-kajian keislaman,” ujar Walikota.
Dalam kesempatan itu, walikota juga berjanji
untuk membantu perawatan Masjid JIC yang membutuhkan biaya besar. Dalam waktu
dekat, akan mengganti mihrab kayu dengan kaca. Begitu juga akan merenovasi
toilet yang ada menjadi lebih nyaman.
“Rasa memiliki Jakarta Islamic Center harus
dijaga. Diharapkan JIC bukan hanya menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta Utara
saja, tapi juga Masyarakat Jakarta secara keseluruhan,” kata Walikota yang akan
mempromosikan JIC sebagai salah satu kunjungan wisata religius di Jakarta
Timur.
Sementara itu, sub bagian humas JIC, Sarjono
Jahidi, yang juga Ketua Panitia Milad JIC, mengatakan, pihak pengurus JIC
sedang menunggu Peraturan Daerah (Perda) baru untuk mengubah fungsi hotel
menjadi pesantren. Dalam Perda sebelumnya JIC adalah Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Islam Jakarta.
“Pesantren ini rencananya dalam bentuk
boarding school, mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA. Termasuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat). Insya Allah aka nada
program beasiswa bagi masyarakat sekitar yang kurang mampu.