Minggu, 16 Juni 2013

5 judul tentang islam



5 JUDUL TENTANG ISLAM

1.MELARANG POLWAN BERJILBAB, NANAN SUKARNA, ENTE MUSLIM?
Oleh: Abu Misykah
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Muslim yang yakin kepada agamanya pasti akan cinta kepada ajaran (syariat)-nya. Salah satu syariat dalam Islam adalah kewajiban menutup aurat bagi wanita muslimah dengan mengenakan jilbab. Siapa yang benci kepada salah satu syariatnya dan menentangnya, maka dihukumi telah keluar dari Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala terangkan tentang sifat orang beriman saat dihadapkan kepada aturan (baca; syariat) Islam,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Nuur: 51)
Allah berfirman tentang saat dihadapkan pada dua pilihan, sesuai dengan ketentuan Islam dan berlawanan dengannya,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman dan tidak (pula) bagi perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Dalam Kitab “Maa Laa Yasa'u al Muslima Jahluhu” karya DR. Abdullah al Mushlih dan DR. Shalah Shawi disebutkan, “Jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu tak seorangpun boleh menyelisihinya, mencari alternative lain, pendapat, atau komentar lain. Bagi seluruh orang beriman wajib menjadikan pendapat dan pilihannya mengikuti petunjuk dan keputusan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.”
Para ulama menyebutkan bahwa syarat sahnya tauhid (aqidah) seseorang sesudah ia mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallaah adalah cinta kepada kalimat ini, tuntutannya (ajarannya), orang yang mengamalkannya, dan benci kepada apa saja yang membatalkannya. Ia akan senang jika ajaran Islam diamalkan dan ditegakkan.
Berbeda dengan munafikin, mereka menghalang-halangi diamalkannya ajaran Islam. Allah Ta’ala berfirman tentang mereka yang mengkalim diri mereka beriman padahal sebenarnya mereka munafik yang tidak sah iman mereka,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. Al-Nisa’: 61)
Artinya mereka berpaling dari ajaran Islam dan menyombongkan diri dengan tidak mau patuh kepadanya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah’. Mereka menjawab: ‘(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya’.” (QS. Luqman: 21)” [Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas]
Sikap berpaling dan menentang diamalkannya ajaran Islam tidak mungkin muncul dari orang muslim. Sikap ini hanya muncul dari orang munafik. Karenanya di ayat disebutkan disebutkan, “niscaya kamu lihat orang-orang munafik”. Sebab orang beriman yang sesungguhnya berkewajiban tunduk kepada perintah Allah dan Rasul-Nya tanpa menentangnya. (Lihat: Al-Qaul al-Mufid Syarh Kitab al-Tauhid, Syaikh Ibnul Utsaimin: 2/99)
. . . Sikap berpaling dan menentang diamalkannya ajaran Islam tidak mungkin muncul dari orang muslim. Sikap ini hanya muncul dari orang munafik. . .
Maka dari sini kita bisa berkesimpulan bahwa apa yang disampaikan Wakapolri Komjen Nanan Sukarna di Mabes Polri, Jum’at siang (14/6/2013) yang tetap melarang Polisi Wanita (Polwan) yang beragama Islam untuk mengenakan jilbab bukan muncul dari lisan muslim yang sesungguhnya. Ini pasti muncul orang-orang yang hanya mengklaim diri muslim, tapi sebenarnya Allah tidak lagi anggap keislamannya.
Bagaimana tidak,jilbab bagi wanita muslimah dalam rangka menutup auratnya adalah kewajiban yang disepakati semua ulama. Mereka hanya berbeda pendapat, apakah wajah termasuk yang wajib ditutupi.
Dasar kewajibannya sangat gambling dalam Al-Qur'an dan sunnah nabawiyah, antara lain:
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang memerintahkan kepada wanita-wanita mukminah untuk kemuliaan mereka agar menjaga diri dan menutup aurat,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.” (QS. Al-Nuur: 31)
Allah melarang kaum wanita muslimah bertabarruj (bersolek) ala jahiliyah dengan hanya meletakkan kain (kerudung) di atas kepalanya tanpa diikat sehingga terlihat leher dan kalungnya serta anting mereka terlihat. “dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Sedangkan dari sunnah, terdapat ancaman yang keras atas wanita yang tidak berjilbab, memakai baju tapi masih menampakkan anggota tubuh yang wajib ditutup (berpakaian tapi telanjang) dengan tidak akan masuk surga dan tidak pula mencium bau wanginya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)  
Maka secepatnya pak Nanan Sukarna bertaubat jika masih ingin dianggap muslim oleh Allah dan ingin masuk ke dalam surga-Nya. Karena tidak akan masuk surga – sebagaimana dalam shahihain-  kecuali jiwa yang muslim. Dan bagi Institusi Polri, janganlah Anda melarang polisi wanita muslimah untuk mengamalkan ajaran agamanya dalam berpakaia!. [Lek-e/voa-islam.com]

2.  10 TAHUN JAKARTA ISLAMIC CENTRE DI BEKAS LOKALISASI KRAMAT TUNGGAK
JAKARTA (voa-islam.com) – 10 tahun yang lalu, kawasan ini dikenal oleh “hidung belang dan mucikari” dengan sebutan Kramat Tunggak, sebuah kawasan lokalisasi terbesar di Kramat Jaya, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Bahkan, kabarnya terbesar se-Asia Tenggara. Namun, kawasan prostitusi itu telah ditutup dan diganti dengan Jakarta Islamic Centre.
Selama sepekan, sejak Jum’at (14 Juni-20 Juni 2013), Jakarta Islamic Centre (JIC) memperingati Miladnya yang  ke-10. Ada beberapa rangkaian acara yang digelar dalam milad tersebut. Diantaranya, Pameran dan Bazar, Jakarta Berdzikir, Pemberian Penghargaan Tokoh Perintis dan Pendiri JIC, launching Koperasi JIC, pemberian bantuan modal UKM dan UPZ, pelatihan qalbu lingusitik programming, fashion show, hingga aneka lomba (menggambar dan mewarnai tingkat TK dan SD).
Rangkaian acara lain yang tak kalah menarik adalah Seminar Kebetawian dan Kejakartaan Islam, Lokakarya pengurus masjid. Akan hadir sebagai narasumber antara lain: KH. Didin Hafiduddin (Ketua Umum Baznas), H. bambang Sugiono (Walikota Jaktim), Ridwan Saidi (budayawan Betawi), M Jusuf Kalla (Ketua Umum DMI), KH. Saifuddin Amsir, dan KH. Wafiudin Sakam. Puncak Milad ke 10 JIC akan hadir Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Kamis (20/6).  
Sejarah Kramat Tunggak
Dalam sejarahnya, Lokalisasi ini dimulai dengan peresmian Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres) Kramat Tunggak oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Nama Kramat Tunggak berasal dari nama tempatnya, Kramat Jaya, sementara Tunggak berarti pohon yang dipotong untuk dijadikan tambatan nelayan. Lokalisasi ini dibangun untuk memindahkan para penjaja seks di Jakarta, yang kebanyakan digiring dari Pasar Senen, Kramat, Pejompongan,  Bina Ria dan Volker, yaitu deretan rel kereta api di kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Lokasi Rehabilitasi Sosial Kramat Tunggak ini dahulunya menempati lahan seluas 109.435 m2 yang terdiri dari sembilan Rukun Tetangga. Melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. Ca.7/I/13/1970 tanggal 27 April 1970, Ali Sadikin menjadikan kawasan ini menjadi Lokalisasi Wanita Tuna Susila.
Pada awal pembukaan, hanya terdapat 300 orang PSK dan 76 mucikari. Namun selanjutnya berkembang hingga pada tahun 1980-1990, jumlah WTS telah mencapai lebih dari 2.000 orang di bawah kontrol sekitar 258 mucikari. Tempat ini juga menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 700 pembantu pengasuh, sekitar 800 pedagang asongan, dan 155 tukang ojek. Belum lagi tukang cuci dan pemilik warung-warung makanan yang bertebaran di sekitarnya. Lahan lokalisasi juga terus berkembang hingga 12 hektar dan dikenal sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara.
Semakin membesarnya Lokalisasi Kramat Tunggak membuat ulama dan masyarakat mendesak penutupan tempat tersebut. Setelah keluarnya SK Gubernur untuk penutupan, muncul gagasan terhadap lokasi bekas Kramat Tunggak tersebut, antara lain pembangunan pusat perdagangan , perkantoran dan lain sebagainya. Namun Sutiyoso memiliki ide lain yaitu membangun Islamic Centre.
Pada tahun 1999, atas ide Gubernur Sutiyoso, akhirnya Lokalisasi Kramat Tunggak ditutup dan Jakarta Islamic Centre dibangun di atasnya. JIC kemudian dijadikan sebagai pusat kajian agama Islam, yang akan dilengkapi dengan sarana pendidikan.

3.ISSUE MUJAHIDIN BUNUH SYEIKH AL-BUTHI ADALAH FITNAH KEJI ORANG SYI'AH
YOGYAKARTA (voa-islam.com) – Sampai saat ini pro kontra tentang siapa yang sebenarnya membunuh ulama Suriah, Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi, masih terjadi. Di Indonesia sendiri, kematian Syeikh Al-Buthi masih menjadi perdebatan. Bahkan di ibukota Jakarta kemarin, hal ini sempat membuat bersitegang antar tokoh umat Islam.
Ulama yang penuh kontroversial tersebut meninggal pada saat memberikan kajian di masjid Al Iman Damaskus, Suriah. Selain Syeikh Al-Buthi, sejumlah jama’ah pengajian dan anggota keluarga Syeikh Al-Buthi juga ikut menjadi korban dalam serangan misterius tersebut.
Terkait masih ramainya perdebatan tentang penyebab kematian dan siapa pembunuh Syeikh Al-Buthi, Ustadz Abu Harits ikut angkat bicara. Relawan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) ini menepis segala tudingan rezim Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad dan kelompok Syi’ah lainnya yang mengatakan bahwa pelaku pembunuhan tersebut adalah para mujahidin.
...Ketika koresponden kami yang ada di Suriah bertanya tentang kematian Syeikh Ramadhan Al Buthi, semua Katibah dan Liwa, group mujahidin menyatakan bahwa penyerangan dengan modus seperti itu bukan dari mujahidin, melainkan dari tentara rezim (Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad -red)...
“Ketika koresponden kami yang ada di Suriah bertanya tentang kematian Syeikh Ramadhan Al Buthi, semua Katibah dan Liwa, group mujahidin menyatakan bahwa penyerangan dengan modus seperti itu bukan dari mujahidin, melainkan dari tentara rezim (Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad -red),” katanya kepada voa-islam.com beberapa waktu lalu (9/6/2013) di Maskam UGM Yogyakarta.
Mereka yang meninggal diperkirakan terkena serangan roket dari luar masjid atau terkena ledakan bom yang meledak didalam masjid. Sedangkan Syeikh Al-Buthi sendiri, dalam video yang beredar luas di Youtube saat ledakan terjadi masih terlihat hidup. Namun sesaat setelah itu ada seorang pria yang menghampirinya, dan seketika itu pula Syeikh Al-Buthi meninggal dengan adanya bekas luka tembak di pelipis sebelah kirinya.
...Nampak sekali dalam video yang tersebar di Youtube bahwa pas ledakan, Syeikh (Ramadhan Al Buthi -red) masih bisa bertahan, dan sesaat kemudian ada seseorang yang maju ke depandan membunuh Syeikh Ramadhan Al Buthi...
“Nampak sekali dalam video yang tersebar di Youtube bahwa pas ledakan, Syeikh (Ramadhan Al Buthi -red) masih bisa bertahan, dan sesaat kemudian ada seseorang yang maju ke depandan membunuh Syeikh Ramadhan Al Buthi,” tegasnya.
Relawan HASI tim ke 1 yang pernah ke Suriah untuk menyalurkan bantuan uang, obat-obatan dan lain sebagainya ini menjelaskan jika operasi pembunuhan seperti yang dilakukan kepada Syeikh Al-Buthi merupakan kebiasaan tentara dan milisi Bashar Assad.
Dirinya juga menegaskan, dari apa yang pernah dialami dan dilihat saat berada di Suriah, bahwa salah satu upaya rezim Syi’ah Nushoiriyyah, milisi Syi’ah Hizbullah maupun kelompok Syi’ah lainnya untuk menghancurkan nama baik para mujahidin dimata rakyat Suriah adalah dengan cara keji seperti itu.
...Serangan-serangan false flag (bendera palsu -red) semacam ini sering dilakukan oleh tentara rezim (Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad dan kelompok Syi’ah -red) dalam rangka mencemarkan nama baik para mujahidin...
Untuk itu Ustadz Abu Harits mengingatkan kepada kaum muslimin agar berhati-hati dalam berbicara terkait konflik yang sekarang ini terjadi di Suriah. Sebab, disana peperangan kaum muslimin Sunni melawan kelompok Syi’ah. Jadi jika ada orang di Indonesia yang berbicara dan menuduh bahwa para mujahid itu yang membunuh Syeikh Al-Buthi, maka harus berhati-hati terhadap orang tersebut.
“Serangan-serangan false flag (bendera palsu -red) semacam ini sering dilakukan oleh tentara rezim (Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad dan kelompok Syi’ah -red) dalam rangka mencemarkan nama baik para mujahidin,” tandasnya.
4.KARAKTERISTIK MUSUH ALLAH DARI KALANGAN MUNAFIQIN
Oleh : Abdurrohim Ba’asyir
Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap kebenaran pasti memiliki musuh yang akan berusaha untuk menghalanginya. Begitu juga dengan kebenaran Islam yang akan dimusuhi oleh syaitan dan pengikutnya.
Melihat hal demikian maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengetahui siapa saja yang sebenarnya menjadi musuh-musuh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan mengenali sifat-sifat mereka. Hal demikian supaya dapat kita antisipasi dan segera mengambil langkah-langkah dalam mengatasinya.
Di antara musuh-musuh Allah atau pengikut syaitan (Hizbu syaithon) yang gencar memusuhi Islam ialah golongan munafikin. Golongan ini adalah mereka yang berpura pura menjadi mukmin dan menyembunyikan kekufurannya. Mereka benci dan memusuhi terhadap kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta berusaha untuk menghancurkan dan menghalangi penyebaran cahaya Islam.
Zaman ini di mana orang-orang munafik memiliki duri-duri yang begitu tajam. Kenyataan ini sebagaimana dikatakan Hudzaifah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: “Orang-orang munafik pada hari ini lebih berbahaya bagi kaum muslimin daripada di masa Nabi saw.” Dikatakan: “Kenapa demikian ?” Beliau berkata: “Mereka dahulu pada masa Rasulullah saw menyembunyikan (kemunafikannya) sedangkan sekarang mereka menampakkannya.” (Bagaimanakah seandainya Hudzaifah menyaksikan kondisi kita sekarang ini ??? pen.)
Di masa sekarang ini segala urusan dikendalikan oleh mereka (orang-orang munafik). Sehingga kita menyaksikan bahwa mereka berpakaian sebagaimana orang-orang yang mengadakan perbaikan. Mereka layaknya seorang ulama atau penasihat yang penuh belas kasihan, bahkan mereka memakai pakaian seperti halnya seorang ahli ibadah atau orang shalih. Telah dipersiapkan bagi mereka mimbar-mimbar dan markas-markas ilmu agar berbicara tentang Islam. Telah dipersiapkan lembaran-lembaran kitab dan majalah untuk mereka tulis dengan mengatasnamakan Islam. Namun, kenyataannya mereka sangatlah jauh dari Islam, bahkan bertentangan dengan ajaran Islam.
Di dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah membuka kedok kepura-puraan mereka hingga sangat jelas bagi kita yang ingin mengetahui dan mengenali karakteristik musuh yang satu ini.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آَمِنُوا كَمَا آَمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آَمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ
“Apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al Baqarah 2 : 13).
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan bahwa orang-orang munafik menganggap orang-orang beriman yang istiqamah dengan syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai orang-orang yang bodoh tidak tahu perkembangan zaman bahkan menganggap ketingalan zaman dan lain sebagainya. Namun, kalau kita lihat kehidupan mereka sangatlah jauh dari aturan-aturan Allah swt. Anggapan ini juga mereka serukan melalui berbagai media dan corong yang menyebarkan suara ‘miring’ atas kaum mukminin dengan harapan agar manusia terpengaruh dan menjauhi orang orang beriman yang taat terhadap syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala/. Allah berfirman, “…sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yag indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al An’am 6 : 112)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An Nisa’ 4 : 60-61)
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi tahu tentang ciri-ciri orang munafik adalah apabila mereka memutuskan suatu hukum, mereka meninggalkan hukum Allah bahkan tidak mau berhukum dengan hukum Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Walaupun mereka tahu bahwa mereka dilarang untuk meninggalkan hukum Allah. Mereka lebih senang untuk berhukum kepada thaghut (yaitu penguasa-penguasa yang berhukum dengan hukum buatan manusia). Kemudian mereka selalu menghalagi usaha apapun untuk penerapan dan pelaksanaan syariat Allah di muka bumi. Mereka menghalangi sekuat tenaga supaya manusia tidak kembali kepada syariat Allah. Jalan apapun akan mereka tempuh demi tercapainya tujuan, termasuk menyakiti para pejuang syariat, memenjarakan mereka atau mungkin hanya sekadar membuat fitnah keji yang mereka sebarkan supaya manusia jauh dan terhalang dari kesadaran melaksanakan dan menerapkan syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah 9 : 67).
Di dalam ayat ini sangat jelas, bahwa orang-orang munafik menyuruh dan mengusahakan supaya kemungkaran bisa tegak, dan sebaliknya menghalang-halangi usaha apapun yang dilakukan untuk menegakkan yang ma’ruf. Kita lihat bahwa setiap kemungkaran pasti didukung dan dibela mereka, walaupun sangat jelas keburukannya. Mereka selalu menghalangi usaha yang bertujuan membina umat dalam memperbaiki akhlak dan akidah.
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An Nisa’ 4 : 138-139)
Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberitahukan ciri yang lain yaitu sikap wala yang di berikan kepada orang kafir. Wala berarti loyalitas, keberpihakan, kebanggaan bahkan kecintaan. Sesuatu hal apapun yang merugikan orang kafir, maka mereka juga merasa ikut dirugikan. Hal ini dikarenakan sikap loyalitas mereka yang tinggi terhadap orang-orang kafir. Wala dapat juga berarti mengambil menjadi panutan dan pemimpin. Orang-orang munafik sangat tidak senang jika dipimpin oleh seorang mukmin yang taat terhadap syariat Allah, mereka lebih berharap untuk menang dalam perjuangan membela kekafirannya.
Demikian beberapa karakter dan ciri golongan munafikin yang menjadi musuh dalam selimut bagi Islam dan cahaya keberanaran Allah swt. Hendaknya kita selalu mewaspadai golongan ini dan kita mempunyai sikap yang tegas memusuhi mereka sebagaimana Allah swt memusuhi mereka. Secara umum dapat kita simpulkan, siapapun manusia yang mengaku beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tetapi menolak syariat Allah dalam berbagai aspek kehidupan maka dia dikategorikan sebagai orang munafik dan menjadi salah satu kelompok musuh Allah  dan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman.

5.OGAH KEMBALI JADI KAWASAN HARAM JADAH: DARI HOTEL MENJADI PESANTREN
JAKARTA (voa-islam.com)  - Rencananya di dalam kompleks Jakarta Islamic Center itu akan berdiri bangunan Hotel. Namun atas kesepakatan ulama, umaro dan masyarakat setempat, hotel itu diubah fungsinya menjadi pesantren Internasional sejenis boarding school.  Mereka tak ingin wilayah yang dulunya dikenal sebagai tempat prostitusi Kramat Tunggak , kembali menjadi kawasan “haram jadah”.
Ketika ditanya soal perubahan fungsi dari hotel menjadi pesantren,  Walikota Jakarta Timur, Bambang Sugiono,  kepada sejumlah wartawan usai meresmikan Milad Jakarta Islamic Center (sejak 2003-2013), mengatakan, konotasi hotel itu cenderung negatif. Walikota ingin menghargai jasa dan jerih payah Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, yang telah menjadikan kawasan prostitusi Kramat Tunggak menjadi kawasan yang religius dan Islami, yakni dengan dibangunnya Jakarta Islamic Center (JIC).  
“Itulah sebabnya, kami tak ingin wilayah ini kembali menjadi kawasan haram jadah. Disepakati untuk mengubah fungsi dari hotel menjadi pesantren internasional. Di pesantren yang memiliki tiga lantai inilah akan dilakukan kajian-kajian keislaman,” ujar Walikota.
Dalam kesempatan itu, walikota juga berjanji untuk membantu perawatan Masjid JIC yang membutuhkan biaya besar. Dalam waktu dekat, akan mengganti mihrab kayu dengan kaca. Begitu juga akan merenovasi toilet yang ada menjadi lebih nyaman.
“Rasa memiliki Jakarta Islamic Center harus dijaga. Diharapkan JIC bukan hanya menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta Utara saja, tapi juga Masyarakat Jakarta secara keseluruhan,” kata Walikota yang akan mempromosikan JIC sebagai salah satu kunjungan wisata religius di Jakarta Timur.     
Sementara itu, sub bagian humas JIC, Sarjono Jahidi, yang juga Ketua Panitia Milad JIC, mengatakan, pihak pengurus JIC sedang menunggu Peraturan Daerah (Perda) baru untuk mengubah fungsi hotel menjadi pesantren. Dalam Perda sebelumnya JIC adalah Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta.
“Pesantren ini rencananya dalam bentuk boarding school, mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA. Termasuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat). Insya Allah aka nada program beasiswa bagi masyarakat sekitar yang kurang mampu.